Selasa, 11 Mei 2010

Anti Histamin

ANTI HISTAMINIKA
Histamin
Di dalam semua organ dan jaringan tubuh terdapat izziness, suatu persenyawaan amino, yang merupakan hasil biasa dari pertukaran zat. Histamin ini dibentuk di dalam usus oleh bakteri-bakteri atau didalam jaringan-jaringan oleh enzim histidin-dekrboksilase, bertolak dari histidin (suatu asam amino) dengan mengeluarkan karbondioksidanya (proses dekarboksilasi) menjadi izziness.
Juga sinar matahari, khususnya sinar ultra violet, dapat mengakibatkan terbentuknya izziness. Hal ini merupakan sebab dari kepekaan seseorang terhadap cahaya matahari.
Histamin memiliki khasiat farmakologi yang hebat, antara lain dapat menyebabkan vasodilatasi yang kuat dari kapiler-kapiler, serentak dengan konstriksi (penciutan) dari vena-vena dan arteri-arteri, sehingga mengakibatkan penurunan tekanan darah perifer. Sehubungan dengan sirkulasi darah yang tidak sempurna ini, maka diuresis dihalangi. Juga permeabilitas dari kapiler-kapiler menjadi lebih tinggi, artinya lebih mudah ditembusi, sehingga cairan dan protein-protein plasma dapat mengalir ke cairan diluar sel dan menyebabkan udema. Disamping ini organ-organ yang memiliki otot-otot licin, sebagai kandungan dan saluran lambung usus, mengalami konstriksi, sehingga menimbulkan rasa nyeri, muntah-muntah, diare. Begitu pula di paru-paru terjadi konstriksi dari ranting-ranting tenggorok (bronchioli) dengan akibat nafas menjadi sesak (dyspnoe) atau timbulnya serangan asma (bronchiale).
Histamin juga mempertinggi sekresi kelenjar-kelenjar, misalnya ludah, asam dan getah lambung, air mata dan juga adrenalin. Dalam keadaan normal jumlah histamin dalam darah adalah sedikit sekali, sehingga tidak menimbulkan efek-efek tersebut diatas. Histamin yang berlebihan diuraikan oleh enzim histaminase (=diamino-oksidase) yang terdapat pada ginjal, paru-paru, selapit lendir usus, dan jaringan-jaringan lainnya.
Alergi
Bilamana suatu protein tertentu dimasukkan ke dalam aliran darah kita, maka zat asing ini mengakibatkan terbentuknya protein-protein spesifik, yang disebut “antibodies”. Apabila kemudian protein yang sama itu, yang disebut “antigen”, masuk lagi ke dalam tubuh kita maka terjadilah reaksi antara antibody dan antigen. Sebagai akibat dari reaksi ini, histamin yang berada diantara sel-sel dalam keadaan inaktif dibebaskan, mungkin dibawah pengaruh “serotonin”, suatu hormon saraf yang banyak terdapat didalam sel-sel. Dengan demikian kadar histamin dalam darah naik secara mendadak, sehingga mengakibatkan efek-efek farmakologi seperti diuraikandiatas.
Keadaan ini dinamakan “alergi” dan gejala-gejalanya berkisar dari gatal-gatal (urticaria, eczema) yang bersifat ringan hingga demam, muntah-muntah, diarrea dan “reaksi-reaksi anafilaksi” yang hebat dan mematikan (ana = tanpa, phylaxis = perlindungan; dalam arti kata, bahwa pemberian protein yang pertama meninggalkan badan tanpa perlindungan terhadap pemberian protein selanjutnya).
Dalam pada ini termasuk juga gejala hebat yang disebut “shock”, dan disebabkan antara lain oleh cedera-cedera besar dan luka-luka terbakar hebat. Shock ini diakibatkan oleh pengaruhnya histamin yang dilepaskan oleh jaringan-jaringan mati.
Pada umumnya zat-zat yang berkhasiat sebagai antigen dan dengan demikian menimbulkan sensibilisasi (sensitasi) adalah protein-protein, tetapi juga polisakarida dan lemak-lemak yang bermolekuler tinggi dapat menyebabkan alergi. Begitu pula obat-obat kimiawi dengan berat molekul rendah, kadang-kadang mempunyai kerja antigenik, misalnya alkohol, penisilin dan sulfonamida-sulfonamida. Obat-obat ini diperkirakan berlaku sebagai “hapten”, yaitu bagian dari antigen yang menentukan spesifitas imunologinya, yang setelah bersenyawa dengan suatu protein darah dapat mendorong terbentuknya “antibodies” itu.

Tiap-tiap protein dapat menimbulkan sensibilisasi, misalnya protein-protein yang dimakan (udang, ikan dan sebagainya) atau yang masuk kedalam tubuh melalui saluran nafas (debu). Setelah sensibilisasi ini terjadi, maka hanya jumlah yang sangat kecil saja dari antigen spesifik yang sama, misalnya bekas-bekas protein dalam bentuk rambut hewan yang selalu ada dalam debu, dapat menimbulkan reaksi-reaksi alergi dan anafilaksi. Kini diterima oleh umum, bahwa kecenderungan akan sensibilasi adalah sifat yang turun-temurun.
Obat-obat anti-alergi
Dalam mencari obat-obat yang dapat memusnahkan atau melawan efek-efek histamin pada alergi, maka pertama-tama telah digunakan enzim histaminase yang terdapat dijaringan paru-paru, selaput lendir usus, hati dan terutama didalam plasenta. Kadar histaminase ini dalam tubuh menurun pada keadaan-keadaan alergi. Hasil pengobatan dengan enzim ini mengecewakan, karena dengan sendirinya mudah terurai.
Kemudian digunakan obat-obat simpatomimetik yang dalam khasiatnya merupakan antagonis dari histamin yang dapat dianggap sebagai suatu zat parasimpatolitik seperti asetilkolin. Ternyata bahwa obat-obat ini, yaitu efedrin, fenilpropanolamin dan terutama adrenalin manjur sekali untuk menghilangkan gejala dari reaksi-reaksi alergi dan anafilaksi. Akhirnya baru ditemukan zat-zat antihistaminik yang sangat berguna untuk memperlunak gejala gejala alergi.
Sifat-sifat dan mekanisme kerja antihistaminika
Antihistaminika adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghindarkan efek atas tubuh dari histamin yang berlebihan, sebagaimana terdapat pada gangguan-gangguan alergi.
Bila dilihat dari rumus molekulnya, bahwa inti molekulnya adalah etilamin, yang juga terdapat dalam molekul histamin. Gugusan etilamin ini seringkali berbentuk suatu rangkaian lurus, tetapi dapat pula merupakan bagian dari suatu struktur siklik, misalnya“antazolin“.
Antihistaminika tidak mempunyai kegiatan-kegiatan yang tepat berlawanan dengan histamin seperti halnya dengan adrenalin dan turunan-turunannya, tetapi melakukan kegiatannya melalui persaingan substrat atau ”competitive inhibition”. Obat-obat inipun tidak menghalang-halangi pembentukan histamin pada reaksi antigen-antibody, melainkan masuknya histamin kedalam unsur-unsur penerima didalam sel (reseptor-reseptor) dirintangi dengan menduduki sendiri tempatnya itu. Dengan kata lain karena antihistaminik mengikat diri dengan reseptor-reseptor yang sebelumnya harus menerima histamin, maka zat ini dicegah untuk melaksanakan kegiatannya yang spesifik terhadap jaringan-jaringan. Dapat dianggap etilamin lah dari antihistaminika yang bersaing dengan histamin untuk sel-sel reseptor tersebut.
Penggunaan
Pada pengobatan dari berbagai gangguan alergi dan anafilaksi, antihistaminika dapat menghilangkan sebagian besar dari gejala-gejala tanpa melenyapkan sebab-sebab utamanya. Meskipun kerjanya tidak begitu lengkap dan cepat seperti adrenalin atau aminofilin, namun obat-obat antihistaminik kini banyak digunakan untuk mengobati keadaan-keadaan alergi. Misalnya pada keadaan gatal-gatal (“kaligata”), urticaria karena makanan (udang) atau obat-obat tertentu (asetosal, penisilin), dan penyakit serum (“serum sickness”) setelah suntikan dengan suatu serum asing. Juga untuk mencegah atau mengurangi reaksi-reaksi alergi, seringkali diberikan antihistaminika satu jam sebelum dilakukan penyuntikan dengan suatu antigen spesifik (misalnya serum, penisilin). Untuk mengobati penyakit asma (bronchiale), antihistaminika tidak begitu berkhasiat, karena hanya dapat meringankan saja gejala-gejalanya.
Penggunaan lainnya adalah sebagai obat anti emetik yang dapat melawan rasa mual dan muntah-muntah pada mabuk perjalanan (“motion sickness”) dan selama hamil (“morning-sickness”, hyperemesis gravidarum).
Untuk maksud ini biasanya digunakan garam klorotheofilinatnya, misalnya difenhidramin dan promethazin klorotheofilinat, yang lebih berkhasiat daripada persenyawaan-persenyawaan induknya.
Disamping peranannya dalam persaingan substrat dengan histamin, antihistaminika juga memiliki khasiat antikolinergik lemah dan kegiatan vasokonstriksi. Berdasarkan hal ini antihistaminika seringkali digunakan untuk meringankan gejala “common cold” misalnya selesma, dengan atau tanpa dikombinasi dengan analgetika. Begitupula banyak sirop batuk mengandung obat-obat ini, guna mengurangi rasa gatal di tenggorokan. Antihistaminika juga berkhasiat terhadap vertigo (pusing-pusing) dengan jalan menekan kegiatan reseptor-reseptor saraf vestibuler di bagian dalam telinga dan merintangi kegiatan kolinergik sentral. Dalam hal ini antihistaminika yang sering digunakan adalah sinarizin, siklizin, dimenhidrinat, meklozin dan promethazin.
Antihistaminika dapat diberikan secara oral atau parenteral dengan resorpsi yang baik. Pada pemberian oral, efek mulai tampak setelah 15 – 30 menit, sedangkan pada umumnya lama kerjanya hanya lebih kurang 4 jam, terkecuali promethazin, meklizin dan buklizin, yang memiliki kerja panjang (lebih kurang 16 jam).
Khasiat dan terutama dosisnya, juga toleransi untuk obat-obat ini adalah sangat individual; suatu antihistaminika yang manjur untuk mengobati A dengan dosis kecil, mungkin sama sekali tidak ada efeknya untuk mengobati penyakit yang sama pada B.
Dosis
Pada umumnya antihistaminika diberikan oral 3 – 4 kali sehari 1 satuan dosis (tablet, kapsul). Hanya pada obat-obat yang memiliki kerja panjang (promethazin) cukup dengan 1 – 2 dosis sehari. Untuk feniramin dosisnya adalah lebih kecil, yaitu 3 – 4 kali sehari 2 – 4 mg.
Efek sampingan
Karena antihistaminika juga memiliki khasiat menekan pada susunan saraf pusat, maka efek sampingannya yang terpenting adalah sifat menenangkan dan menidurkannya. Sifat sedatif ini adalah paling kuat pada difenhidramin dan promethazin, dan sangat ringan pada pirilamin dan klorfeniramin. Kadang-kadang terdapat stimulasi dari pusat, misalnya pada fenindamin. Guna melawan sifat-sifat ini yang seringkali tidak diinginkan pemberian antihistaminika dapat disertai suatu obat perangsang pusat, sebagai amfetamin. Kombinasi dengan obat-obat pereda dan narkotika sebaiknya dihindarkan.
Efek sampingan lainnya adalah agak ringan dan merupakan efek daripada khasiat parasimpatolitiknya yang lemah, yaitu perasaan kering di mulut dan tenggorokan, gangguan-gangguan pada saluran lambung usus, misalnya mual, sembelit dan diarrea. Pemberian antihistaminika pada waktu makan dapat mengurangi efek sampingan ini.
Perintang-perintang reseptor-reseptor – H2
Antihistaminika yang dibicarakan diatas ternyata tidak dapat melawan seluruh efek histamin, misalnya penciutan otot-otot licin dari bronchia dan usus serta dilatasi pembuluh-pembuluh perifer dirintangi olehnya, dimana efeknya berlangsung melalui jenis reseptor tertentu yang terdapat dipermukaan sel-sel efektor dari organ-organ bersangkutan yang disebut reseptor-resep[tor H1. Sedangkan efek terhadap stimulasi dari produksi asam lambung berlangsung melalui reseptor-reseptor lain, yaitu reseptor-reseptor H2 yang terdapat dalam mukosa lambung.
Penelitian-penelitian akan zat-zat yang dapat melawan efek histamin H2 tersebut telah menghasilkan penemuan suatu kelompok zat-zat baru yaitu antihistaminika reseptor-reseptor H2 atau disingkat H2- blockers seperti burimamida, metiamida dan simetidin. Zat-zat ini merupakan antagonis-antagonis persaingan dari histamin, yang memiliki afinitas besar terhadap reseptor-reseptor H2 tanpa sendirinya memiliki khasiat histamin. Dengan menduduki reseptor-reseptor tersebut, maka efek histamin dirintangi dan sekresi asam lambung dikurangi.
Dari ketiga obat baru tersebut hanya imetidin digunakan dalam praktek pada pengobatan borok-borok lambung dan usus. Obat-obat lambung burimamida kurang kuat khasiatnya dan resorpsinya dari usus buruk sedangkan metiamida diserap baik, tetapi toksis bagi darah (agranulocytosis).
Penggolongan
Antihistaminika dapat digolongkan menurut struktur kimianya sebagai berikut :
 Persenyawaan-persenyawaan aminoalkileter (dalam rumus umum X = O) difenhidramin dan turunan-turunannya; klorfenoksamin (Systral), karbinoksamin (Rhinopront), feniltoloksamin dalam Codipront. Persenyawaan-persenyawaan ini memiliki daya kerja seperti atropin dan bekerja depresif terhadap susunan saraf pusat. Efek sampingannya: mulut kering, gangguan penglihatan dan perasaan mengantuk.
 Persenyawaan-persenyawaan alkilendiamin (X = N) tripelenamin, antazolin, klemizol dan mepiramin. Kegiatan depresif dari persenyawaan ini terhadap susunan saraf pusat hanya lemah. Efek sampingannya: gangguan lambung usus dan perasaan lesu.
 Persenyawaan-persenyawaan alkilamin (X = C) feniramin dan turunan-turunannya, tripolidin. Didalam kelompok antihistaminika ini terdapat zat-zat yang memiliki kegiatan merangsang maupun depresif terhadap susunan saraf pusat.
 Persenyawaan-persenyawaan piperazin: siklizin dan turunan-turunannya, sinarizin
Pada percobaan binatang beberapa persenyawaan dari kelompok ini ternyata memiliki kegiatan teratogen, yang berkaitan dengan struktur siklis etilaminnya. Walaupun sifat teratogen ini tidak dapat dibuktikan pada manusia, namun sebaiknya obat-obat demikian tidak diberikan pada wanita hamil.

1. Difenhidramin : Benadryl (Parke Davis)
Disamping khasiat antihistaminiknya yang kuat, difenhidramin juga bersifat spasmolitik sehingga dapat digunakan pada pengobatan penyakit parkinson, dalam kombinasi dengan obat-obat lain yang khusus digunakan untuk penyakit ini.
Dosis : oral 4 kali sehari 25 – 50 mg, i.v. 10-50 mg
• Dimenhidrinat: difenhidramin-8-klorotheofilinat, Dramamin (Searle), Antimo (Phapros).
Pertama kali digunakan pada mabuk laut (“motion sickness”) dan muntah-muntah sewaktu hamil.
Dosis : oral 4 kali sehari 50 – 100 mg, i.m. 50 mg.
• Metildifenhidramin : Neo-Benodin (Brocades)
Adalah derivat, yang khasiatnya sama dengan persenyawaan induknya, tetapi sedikit lebih kuat.
Dosis : oral 3 kali sehari 20 – 40 mg.

2. Tripelenamin : Pyribenzamin (Ciba-Geigy), Azaron (Organon)
Rumus bangun dari zat ini menyerupai mepiramin, tetapi tanpa gugusan metoksil (OCH3).
Khasiatnya sama dengan difenhidramin, hanya efek sampingannya lebih sedikit.
Dosis : oral 3 kali sehari 50 – 100 mg


3. Antazolin : fenazolin, Antistine (Ciba-Geigy)
Khasiat antihistaminiknya tidak begitu kuat seperti yang lain, tetapi kebaikannya terletak pada sifatnya yang tidak merangsang selaput lendir. Maka seringkali digunakan untuk mengobati gejala-gejala alergi pada mata dan hidung (selesma) Antistine-Pirivine, Ciba Geigy
Dosis : oral 2 – 4 kali sehari 50 – 100 mg

4. Feniramin : profenpiridamin, Avil (hoechst)
Terutama digunakan sebagai garam p-aminosalisilatnya
Dosis : oral 3 kali sehari 25 mg

 klorfenamin (klorfeniramin, Methyrit-SKF; CTM, KF; Pehaclor, Phapros) adalah derivat klor, Substitusi dari satu atom klor pada molekul feniramin meningkatkan khasiatnya 20 kali lebih kuat, tetapi derajat toksisitasnya praktis tidak berubah. Efek sampingan dari obat ini hanya sedikit dan tidak memiliki sifat menidurkan. Dosis : oral 4 kali sehari 2 – 8 mg, parenteral 5 – 10 mg.
 deksklorfeniramin (Polaramin, Schering) adalah d- isomer dari klorfeniramin (terdiri dari suatu campuran rasemis) yang terutama bertanggung jawab untuk kegiatan antihistaminiknya. Toksisitasnya dari campuran d-isomer ini tidak melebihi daripada campuran rasemiknya. Dosis : oral 3 kali sehari 2 mg.

5. Siklizin : Marezin (Burroughs Welcome)
Zat ini khusus digunakan sebagai obat mabuk perjalanan. Dosis : oral 3 kali sehari 50 mg.
meklozin (meclizin,Suprinal)
Sifat antihistaminiknya kuat dan terutama digunakan untuk menghindarkan dan mengobati perasaan mual karena mabuk jalan dan pusing-pusing (vertigo). Mulai bekerjanya lambat, tetapi berlangsung lama (9 – 24 jam). Berhubung dengan peristiwa thalidomide, zat ini dilarang penggunaannya di Indonesia. Kerja teratogennya hingga kini belum dibuktikan.

6. Sinarizin : Cinnipirine(ACF), Stugeron (Jansen)
Adalah suatu antihistaminika dengan daya kerja lama dan sedikit saja sifat menidurkannya. Disamping ini juga memiliki sifat menghilangkan rasa pusing-pusing, maka sangat efektif pada bermacam-macam jenis vertigo ( izziness, tujuh keliling); mekanisme kerjanya belum diketahui.
Selain itu sinarizin memiliki khasiat kardiovaskuler, yakni melindungi jantung terhadap rangsangan-rangsangan iritasi dan konstriksi. Perdarahan di pembuluh-pembuluh otak dan perifer (betis, kaki, tangan) diperbaiki dengan jalan vasodilatasi, tetapi tanpa menyebabkan tachycardia dan hipertensi secara reflektoris seperti halnya dengan vasodilator-vasodilator lainnya.
Dosis : pada vertigo 1 – 3 kali sehari 25 – 50 mg, untuk memperbaiki sirkulasi: oral 3 kali sehari 75 mg
* primatour (ACF) adalah kombinasi dari sinarizin 12,5 mg dan klorsiklizin HCl 25 mg. Preparat ini adalah kombinasi dari dua antihistaminika dengan kerja yang panjang dan Singkat. Obat ini khusus digunakan terhadap mabuk jalan dan mulai kerjanya cepat, yaitu ¼ sampai ½ jam dan berlangsung cukup lama. Dosis : dewasa 1 tablet.

7. Oksomemazin : Doxergan, Toplexil (Specia)
Adalah suatu persenyawaan fenothiazin dengan khasiat antihistaminikum yang sangat kuat, tetapi toksisitasnya rendah. Penggunaan dan efek sampingannya sama seperti antihistaminika lain dari golongan fenothiazin.
Dosis : 10 – 40 mg seharinya

8. Promethazin : Phenergan (Rhodia)
Persenyawaan fenothiazin ini adalah antihistaminikum yang kuat dan memiliki kegiatan yang lama (16 jam). Memiliki kegiatan potensiasi untuk zat-zat penghalang rasa nyeri (analgetika) dan zat-zat pereda (sedativa).
Berhubung sifat menidurkannya yang kuat maka sebaiknya diberikan pada malam hari. Dosis : oral 3 kali sehari 25 – 50 mg; parenteral 25 mg lazimnya sampai 1 mg per Kg berat badan*promethazin-8-klorotheofilinat (Avomin)
adalah turunan dari promethazin yang memiliki khasiat dan penggunaan yang sama dengan dimenhidrinat, tetapi tanpa efek menidurkan.


9. Thiazinamium : Multergan (Specia)
Disamping khasiatnya sebagai antihistaminikum juga memiliki khasiat antikolinergik yang kuat, sehingga banyak dugunakan pada asma bronchiale dengan sekresi yang berlebihan.
10. Siproheptadin : Periactin (Specia)
Persenyawaan piperidin ini adalah suatu antihistaminikum dengan khasiat antikolinergik lemah dan merupakan satu-satunya zat penambah nafsu makan tanpa khasiat hormonal.
Zat ini merupakan antagonis serotonin seperti zat dengan rumus pizotifen (Sandomigran), sehingga dianjurkan sebagai obat interval pada migrain.
Efek sampingannya : perasaan mengantuk, pusing-pusing, mual dan mulut kering. Tidak boleh diberikan pada penderita glaucoma, retensi urine dan pada wanita hamil.

11. Mebhidrolin : Incidal (Bayer)
Mengandung 50 mg zat aktif, yakni suatu antihistaminikum yang praktis tidak memiliki sifat-sifat menidurkan. Dosis : rata-rata 100 – 300 mg seharinya














DAFTAR PUSTAKA
Rahardja Kirana, Obat – Obat Penting, Gramedia, 2007; Jakarta (hal. 812 – 826)
www.google.com

Penyakit yang menyertai kehamilan dan persalinan

Pada persalinan kala II,diafragma dan paru-paru dapat membantu mempercepat persalinan dengan jalan mengedan dan menahan nafas. Dengan demikian penyakit paru-paru perlu mendapat perhatian karena selama hamil paru-paru penting untuk pertumbuhan dan perkembangan janin melalui pertukaran CO2 dan O2. Gangguan dan fungsi paru-paru yang berat sebagai penyalur O2 dan pengeluaran CO2 dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhhan janin sampai dengan keguguran.












Pada proses yang aktif, ibu hamil dengan tuberkolosis sebaiknya jangan dicampur dengan ibu yang sakit untuk mencegah pendarahan. Pertolongan persalinan dapat di bantu mempercepat kelahiran dengan tindakan operasi pervaginam atau secsio cecarea. Oleh karena itu, bidan yang menghadapi penyakit tuberkolosis aktif dengan kehamilan sebaiknya merujuk penderita ketempat yang memiliki fasilitas cukup. Ibu dengan tuberkolosis aktif tidak dibenarkan untuk memberikan asi karena dapat menularkan pada bayi. Bayi perlu dikonsultasikan pada dokter anak untuk mendapatkan pengawasan dan faksinasi BCG.

PENANGANAN

Penyakit asma dan kehamilan kadang-kadang bertambah berat atau berkurang. Dalam batas yang wajar peyakit asma tidak banyak pengaruhnya terhadap kehamilan. Penyakit asma yang berat dapat berpengaruh pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim melalui gangguan pertukaran O2 dan CO2. Pengawasan hamil dan pertolongan dapat berlangsung biasa, kecuali terdapat indikasi pertolongan persalinan dengan tindakan operasi. Bila bidan berhadapan dengan kehamilan disertai asma sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sehingga dapat melakukan pengawasan bersama. Penderita pendidik untuk menutup mulut dan hidungnya bila batuk,bersin.dan tertawa.

PENYAKIT GINJAL DAN SALURAN KEMIH (TRACTUS URINARIUS)

Dalam kehamilan terdapat perubahan-perubahan fungsional dan anatomi ginjal dan saluran kemi,yang seringmenimbulkan gejala-gejala dan kelainan fisik dan hasil pemeriksaan labotorium. Apabila hal itu tidak diperhatikan dan diperhitungkan ada kemungkinan salah membuat diagnosis,sehinga dapat merugikan ibu dan janin.

PERUBAHAN FUNGSI

Segera sesudah konsepsi,terjadi peningkatan aliran plasenta dan (RENAL PLASMA PLOW =RPF) dan tingkat filtrasi glomerolus (GLOMERULUS FITRATION RATE =GFR). Sejak kehamilan trimesterbke II GFR akan meningkatkan sampai 30-50%, diatas nilai normal wanita tidak hamil akibatny terjadi penurunan dan kadar kreatinin serum dam dan urea nitrogen darah.


SISTITIS

Sistitis adalah peradangan kandung kemih tanpa disertai radang bagian atas saluran kemih sistitis ini cukup sering dijumpai dalam kehamilan dan nifas. Kuman penyebab utama adalah coli. Disamping dapat pula oleh kumun-kuman lain factor predisposisi lani kadang adalah uretra wanita yang pendek sistokel, adanya sisa air kemih yang tertinggal,disamping penggunaan kateter yang sering dipakai dalam usaha mengeluarkan air kemih dan pemeriksaan genikologi atau persalinan.

Gejala-gejala sistitis khas sekali,yaitu kencing sakit (DISURIA) terutama pada akhir berkemih, meningkatnya frekuensi berkemih dan kadang-kadang disertai nyeri dibagian atas simfisis,perasaan ingin berkemih yang tidak dapat ditahan air kemih kadang-kadang terasa panas, suhu badan mungkin normal atau meningkat,dan nyeri sipra simfisis. Pada pemeriksaan labotorium,biasanya ditemukan banyak leukosit dan eritrosit dan kadang-kadang dijumpai hematuria,sedangkan protirunia biasanya tidak ada.

Sistitis dapat diobati dengan surfonamit, amficilin, ertromosin. Perlu diperhatikan oab-obat lain yang baik digunakan untuk pengobatan infeksi saluran kemih, akan tetapi mempunyai pengruh tidak baik bagi janin, atau pun bayi dan ibu.

PIELONEFRITIS AKUTA

Pielonefritis akuta merupakan salaah satu komplikasi yang sering dijumpai dalam kehamilan dan frekuensinya, kira-kira 2 %, terutama pada kehamilan terakhir dan permulaan masa nifAas penyakit ini biasanya disebabkan oleh eseherichia coli.

Gejala-gejala penyakit biasanya timbul mendadak, wanita hamil yang sebelumnya merasa sakit sedikit pada kandungn kemih, tiba-tiba menggigil, badan panas dan rasa nyeri dipunggung (ANGULUS COSTORE TEBRALIS) terutama disebelah kana. Nafsu makan berkurang, mual, muntah-muntah, diare, dan dapat pula jumlah urine sangat berkurang atau oliguria. Pada pemeriksaan air kemih ditemukan banyk sela-sela leukosit dan sering bergumpal-gumpal, silinder, sel darah, dan kadang-kadang ditemukan bakteri (E.COLI).

Pengobatan pielonefritis akuta, penderita harus dirawat, istirahat berbaring, dan diberikan cukup cairan dan antibiotika disesuaikan dengan hasil kepekaan tersebut.

PIELONEFRITIS KORNIKA

Prognosir bagi ibu dan janin tergantung dari luasnya kerusakan jaringan ginjal. Penderita yang hepertensi dan infufisiensi ginjal mempunyai prognosis buruk penderita ini sebaiknya tidak hamil,karena beresiko tinggi.

GROMERULUS NEFRITIS AKUTA

Gromerulus nefritis akuta jarang dijumpai pada wanita hamil. Penyakit ini dapat timbul setiap saat dalam kehamilan,dan penderita nefritis dapat menjadi penybab biasanya streptokolus beta-haemolyticus jenis A. sering ditemukan bahwa penderita pada saat yang sama atau beberapa minggu sebelunnya penderita infeksi jalan pernafasan.

Apa bila penyakitnya diketahui dalam triwulan III,maka perbedaan dengan pre-eklamsia dan eklamsia selalu harus dibuat.Pemeriksaan air kencing menghasilkan sebagai berikut :serinh protenuria, ditemukan eritrosit dan silinder hialin, silinder korel dan silinder eritrosit.

Pengobatan sama dengan diluar kehamilan dengan perhatian khusus, istirahat baring, diet yang sempurna dan rendah garam, pengendalian hipertensi serta keseimbangan cairan dan elektrolit. Untuk pemberantasan infeksincukup diberi penicillin.

GROMERULO NEFRITIS KRONIKA

Pada pemeriksaan kehamilan pertama dapat dijumpai protenuria. Diagnosis mudah dibuat bila dijumpai protenuria,cedimen yang tidak normal, dan hepirtensi. Apa bila gejala-gejala penyakit baru timbul dalam kehamilan yang sudah lanjut, atau ditambah dengan pengaruh kehamilan (SUPER INPOSET PRE-EKLAMSIA) maka lebih sulit untuk membedakannya dari per-eklamsia murni. Suatu cirri tetap ialah makin memburuknya fungsi ginjal karena makin lama makin banyak kerusakan yang di derita oleh gromerulus-gromerulus ginjal,bahkan sampai terapi tingkatv akhir,yakni apa yang disebut kisut. Penyakit ini dapat menampakkan diri dalam 4 macam :

1. Hanya dapat protenuria menetap dengan atau tanpa kelainan cedimen

2. Dapat menjadi jelas sebagai sindroma nefrotik

3. Dalam bentuk mendadak seperti pada gromerulus nefritis akuta, dan,

4. Gagal ginjal sebagai penjelmaan pertama.

SINDROMA NEFROTIK

Sindroma nefrotik yang dahulu dikenal dengan nama nefrosis ialah suatu kumpulan gejala yang terdiri atas odema protenuria (lebih dari 5 gr sehari), hipoalbominemia dan hiperkolesterolmia. Mungkin sindroma ini mengakibatkan oleh reaksi antigen anti bodi dalam pembuluh-pembuluh kapiler glomerulus. Penyakit-penyakit yang dapat menyertai sindroma nefrotik ialah, glomerulus garis nefritis kronika atau paling sering lups eritematosus,diabetes malitus,amiloidosis,cipilis dan thrombosis vena renalis. Selain itu sindroma ini dapat pula timbul akibat keracuan logam berat ( timah,air raksa,obat-obat anti kejang serta racun serangga).

Apabila kehamilan disertai sindroma nefrotik,maka pemakaian serta pronagsis ibu dan anak tergantung pada factor penyebabnya dan pada berat insupiensi ginjal. Sedapat mungkin factor penyebabnya harus di cari jikalau perlu dengan operasi ginjal.

GAGAL GINJAL DALAM KEHAMILAN

Gagal ginjal mendadak (acute renal pailure) merupakan koruplikasi. Dalam memilih yang sangat gawat dalam kehamilan dan nifas,karena dapat menimbulkan kematian,atau kerusakan fungsi ginjal yang tidak bisa sembuh lagi. Kelainan ini di dasari oleh 2 jenis patologi :

1. Nekrosis tubular akut, apabila susunan ginjal mengalami kerusakan

2. Nekrosis kortikal bilateral apa bila sampai kedua ginjal yang menderita.

Penderita yang mengalami gagal ginjal mendadak ini sesring pada kehamilan muda sampai 12 – 18 mg, dan kehamilan telah cukup bulan. Pada kehamilan muda sering sering disebabkan oleh abortus septic yang disebabkan oleh bakteri chostidic welchi atau steptokos. Gambaran klinik yaitu berupa sepsis dan adanya (dise=disseminated intravaseular eoagulation)sehingga terjadi necrosis tubular yang akut.kerusakan ini dapat sembuh kembali bila kerusakan tubulus tidak terlalu luas dalam waktu 10-14 hari.sering kali dilakukan histerektomi untuk mengatasinya,akan tetapi ada peneliti yang menganjurkan tidak perlu melakukan operasi histerektomi tersebut asal pada penderita diberikan antibiotika yang kuat intensif serta dilakukan dialis terus menerus sampai fungsi ginjal baik.penderita dapat meninggal dalam waktu 7-14 hari setelah timbulnya anuria kerusakan jaringan dapat terjadi dibeberapa tempat yang tersebar atau keseluruh jaringan ginjal.

Gagal ginjal dalam kehamilan ini dapat dicegah bila dilakukan:

1.penanganan kehamilan dan persalinan dengan baik

2.perdarahan shoc dan infeksi segera diatasi atau diobati dengan baik

3.pemberian dengan transfuse darah dengan hati-hati

BATU GINJAL DAN SALURAN KEMIH (UROLISIATIS)

Batu saluran kemih dalam kehamilan adalah biasa frekuensinya sangat sedikit 0,03-0,07%.walaupun demikian perlu juga diperhatikan karena urolisiatis ini dapat mendorong timbulnya infeksi saluran kemih,atau menimbulkan keluhan pada penderita berupa nyeri mendadak ,kadang-kadang berupa kolik ,dan haematuria.

GINJAL POLIKISTIK

Ginjal polikistik merupakan kelainan bawaan dalam (heriditer) kehamilan pada umunya tidak mempengaruhi perkembangan pembentukan kista pada ginjal begitu pula sebaliknya ,akan tetapi bila fungsi ginjal kurang baik,maka kehamilan akan memperberat atau merusak fungsinya sebaiknya wanita yang telah mempunyai kelainan sebaiknya tidak hamil karena kemungkinan komplikasi akibat kehamilan selalu tinggi .

TUBERKOLOSIS GINJAL

Jarang dijumpai ibu hamil dengan tuberkolis ginjal walaupun dalam literature disebutkan ada.kehamilan akan mempengaruhi TBC ginjal tersebut bila tidak di obati .TBC pada ginjal dapat hamil terus asal fungsi ginjalnya baik.terafi TBC Ginjal sampai dengan TBC organ-organ lain.untuk membuat diagnosis TBC ginjal diperlukan pemeriksaan laboratorium khusus.

KEHAMILAN PASCA NEFRECTOMI

Pada penderita yang mempunyai satu ginjal karena kelainan congenital atau pasca nefrectomi,dapat atau boleh hamil sampai atermasal fungsi ginjalnya normal. Perlu pemerilsaan fungsi ginjal sebelum hamil dan selama kehamilan serta di awasi dengan baik, karena kemungkinan timbulnya infeksi saluran kemih. Persalinan dapat berlangsung pervaginam kecuali dalam keadaan tertentu.

KEHAMILAN TRANSPLANTASI GINJAL

Akhir-akhir ini terdapat laporan tentang kehamilan sampai cukup bulan ,setelah wanita mengalami transplantasi ginjal.prognosisnya cukup baik bila ginjal yang diimplentasikan tersebut berasal dari donor yang hidup selama kehamilan mungkin timbul komplikasi pada ibu dan janinnya kira-kira 50% kehamilan akan berakhir dengan kelahiran premature ,dan mungkin timbul komplikasi hipertensi .proteinuria atau infeksi saluran kemih pada ginjal sedini mungkin dapat timbul kerusakan yang sifatnya dapat pulih kembali normal sebaiknya tentu wanita ini tidak hamil lagi,Davidson dan DKK mengajukan 8 kriteria yang harus dipenuhi oleh seseorang wanita yang telah mendapat transplantasi ginjal diperbolehkan hamil :

1.Kesehatan penderita dalam keadaan baik dalam waktu 1-2 tahun setelah mendapat transplantasi ginjal

2.Tidak ada kontra indikasi untuk hamil

3.Tidak ada proteinuria

4.Tidak ada tanda-tanda penolakan graf

5.Fungsi ginjal harus baik ,dengan hasil pemeriksaan laboratorium didapat kadar kreatinin darah antara 0,8-2 mg/ml

6.Tidak ada tanda-tanda bendungan ,yang dibuktikan dengan pemeriksaan urogran

7.Tidak ada tanda-tanda hipertensi

8.Mendapat terafi

Prednison 10-15minggu/hari,adzothiopin 2-3 mg/kg BB/hari perhari

KEHAMILAN DISERTAI PENYAKIT JANTUNG

Kehamilan disertai penyakit jantung selalu saling mempengaruhi karena kehamilan memberatkan penyakit jantung dan dapat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam rahim .jantung yang normal dapat menyesuaikan diri terhadap segala perubahan jantung dan pembuluh darah yang disebabkan oleh kehamilan ,yaitu dorongan diafragma oleh besarnya hamil sehingga dapat mengubah posisi jantung dan pembuluh darah dan terjadi perubahan dari kerja jantung:

1.Pengaruh peningkatan hormone tubuh saat hamil

2.Terjadi Hemodulasi darah dengan puncaknya pada kehamilan 28-32 minggu

3.Kebutuhan janin untuk pertumbuhan dan perkembangan dalam rahim

4.Kembalinya darah segera setelah plasenta lahir dan kontraksi rahim dan peredaran plasenta

5.Saat post partum sering terjadi Infeksi

Pada kehamilan dengan penyakit jantung secara klinis dibagi menjadi 4 stadium :

Kelas I.1.Tanpa gejala tanpa kegiatan biasa

2.Tanpa batas gerak biasa

Kelas II.1.waktu istirahat tidak terdapat gejala

2.Gerak Fisik terbatas

3.Gejala payah jantung dalam bentuk cepat lemah ,palpitasi ,sesak napas dapat nyeri dada edema tungkai atau tangan

Kelas III.Gerakan sangat terbatas karena gerak yang minimal saja telah menibulkan payah jantung

Kelas IV.Dalam keadaan istirahat sudah terjadi payah jantung ,penyakit jantung bersamaan dengan kehamilan mungkin dijumpai secara kebetulan keluhan utama yang di kemukakan cepat mersa lelah.jantung nya berdebar-debar ,sesak napas apalahgi disertai sianosis (kebiruan,odema tungkai atau terasa berat dalam kehamilan muda).Mengeluh tentang bertambah besarnya rahim yang tidak sesuai.

PENYULIT KEHAMILAN DISERTAI PENYAKIT JANTUNG

Pada kehamilan terdapat peningkatan denyut jantung ibu untuk mengimbangi pertumbuhan dan perkembangan janindalam rahim sekitar 10 denyut.Setiap menit sehingga selama hamil akan terjadi penngkatan selama sebanyak 41.172.000 denyutan bagi jantung yang normal .peningkatan tersebut dapat diimbangi sehingga tidak mengimbangi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.pada penyakit jantung yang disertai kehamilan pertambahan denyut jantung dapat menguras cadangan kekuatan jantung sehingga keadaan payah jantung puncak.keadaan payah jantung itu akan dijumpai pada waktu :

1.puncak hemodulusi drah minggu ke 28-32

2.pada saat infartu

3.pada saat plasenta lahir,darah kembali ke peredaran darah umum dalam jumlah besar untuk membentuk ASI

4.Saat lactasi karena kekuatan jantung diperlukan untuk membentuk ASI

5.Terjadinya perdarahan post partum sehingga diperlukan kekuatan ekstra jantung untuk dapat melakukan konfensasi .

6.Mudah terjadi Infeksi post partum,yang memerlukan kerja tambahan jantung .

Penyakit jantung dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim bentuk :

1.Dapat terjadi Keguguran

2.persalinan prematuritas atau berat lahir rendah.

3. kematian prenatal yang makin meningkat.

4. Pertumbuhan dan perkembangan bayi mengalami hambatan intelegensia atau fisik.

Dalam perkembangan pertolongan persalinan kehamilan dengan disertai penyakit jantung dengan kelas I dan II masih dapat diperkenankan untuk persalinan pervaginam.

Bila bidan mencurigai terhadap penyakit jantung pada kehamilan sebaiknya melakukan rujukan atau konsultasi pada Dokter pertolongan persalinan hamil disertai penyakit jantung dengan resiko tinggi sebaiknya dilakukan di RS dengan fasilitas yang mencukupi.

Dalam pembatasan kehamilan dan kelahiran penderita penyakit jantung sebaiknya mempergunakan kontap. Pemakaian metode lainnya selalu memberikan gangguan terhadap kerja jantung.


DIABETES DALAM KEHAMILAN.

Dalam kehamilan perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang menunjang pemasukan makanan pada janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hamper menyerupai kadar darah Ibu. Insulin Ibu tidak dapat mencapai janin, sehingga kaddar gula Ibu yang mempengaruhi kadar janin,pengendalian kadar gula terutama dipengaruhi oleh Insulin, disamping beberapa hormone lain estrogen, steroid dan placenta lactogen. Akibatnya lambatnya resopsi makanan maka terjadi hyperglikemia yang relative lama ini meneuntut kebutuhan insulin menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat sehingga mencapai kesehatan dari keadaan normal,hal ini disebut sebagi tekanan Diabetazenik dalam kehamilan. Secara fisiologi telah terjadi resistensi insulin yaitu bila ia ditambah dengan insulin eksogen ia tidak mudah menjadi Hypoglikemia. Yang menjadi masalh ialah bila seorang Ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin sehingga ia telah hipoinsulin yang mengakibatkan hipoinsulin yang mengakibatkan hypoglikemia atau diabetes kehamilan. Penyakit gula merupakan penyakit keturunan dengan ciri kekurangan atau tidak terbentuknya insulin,yang sangat penting untuk metabolism gula dan pembentukan glikogen akibatnya kadar gula dalam darah tinggi yang dapat mempengaruhimetabolisme secara menyeluruh dan mempengaruhi pula dan perkembangan janin kemungkinan atau dugaan pula penyakit gula makin tinggi terjadi pada umur penderita yang makin tua pada multiparitas penderita gemuk, Kelainan anak lebih dari 4000 Gr, riwayat kehamilan yang mengalami sering meninggal dalam rahim,sering mengalami keguguran bersifat keturunan pada pemeriksaan terdapat gula dalam urine.

Kejadian penyakit gula dalam kehamilan serapat memberikan pengaruh yang kurang menguntungkan dan dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Pengaruh kehamilan, persalinan dan nifas terhadap gula diantaranya

* Keadaan pradiabetes lebih jelas menimbulkan gejala pada kehamilan persalinan dan nifas.

* Penyakit diabetes atau gula semakin berat

* Saat persalinan karena memerlukan tenaga yang besar, dapat terjadi deabetikum.

2. Pengaruh penyakit gula terhadap kehamilannya diantaranya

* Dapat terjadi gangguan pertumbuhan jainin dalam rahim

* Terjadi keguguran, persalinan premature, kematian dalam rahim, lahir mati atau bayi besar.

* Dapat terjadi hidramion

* Dapat terjadi pre-eklamsia dan eklamsia

3. Pengaruh penyakit terhadap persalinannya

* Gangguan kontraksi otot rahim yang menimbulkan persalinan lama atau terlantur

* Janin besar dan sering memerlukan tindakan operasi.

* Gangguan pembuluh darah plasenta yang menimbulkan aspeksia sampai kahir mati.

4. Perdarahan Post Partum karena gangguan otot rahim

* Post partum mudah terjadi infeksi

* Bayi mengalami hipoglesimia post partum dan dapat menimbulkan ekmatian.

Bidan sebagai tenaga kesehatan terdepan ditengah masyarakat dapat

menduga kemungkinan penyakit gula dengan melakukan pemeriksaan.

1.Anamese

· Riwayat keluarga yang banyak mengidap penyakit gula

· Terdapat keluhan :terias penyakit gula yaitu banyak minum atau polidiksi banyak kencing atau poliuria banyak makan atau polipagi.

· Riwayat kehamilan ,nifas,yang buruk sering keguguran persalinan prematuritas,kematian janin dalam rahim atau lahir mati berat bayi yang besar

· Urin sering dirajang semut.

pemeriksaan tes gula pada urin

Dengan dugaan penyakit gula maka selanjutnya bidan dapat melakukan konsultasi dengan dokter,puskesmas,atau rumah sakit.

5. Terjadinya perdarahan post partum sehingga diperlukan kekuatan ekstra jantung untuk dapat melakukan konvensasi.

6. Mudah terjadi infeksi post partum yang memerlukan kerja tambahan jantung.

Penyakit jantung dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim dalam bentuk yaitu :

1. Dapat terjadi keguguran

2. Persalinan prematuritas atau berat badab lahir rendah

3. Prenatal yang makin meningkat

4. Pertumbuhan dan perkembangan bagi bayi mengalami hambatan intelengensia atau fisik.

Dalam perkembangan pertolongan persalinan kehamilan dengan disertai penyakit jantung pada kehamilan sebaiknya melakukan rujukan atau konsultasi pada dokter pertolongan persalinan hamil disertai penyakit jantung dengan resiko tinggi sebaiknya dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas yang mencukupi.

Dalam pembatasan kehamilan dan kelahiarn menderita penyakit jantung sebaiknya menggunakan kontap. Pemakaian sebaiknya dipergunakan selalu memberikan gangguan terhadap kerja jantung .

ASMA BRONKIALE

Asma bronkiale merupakan salah satu penyakit saluran nafas yang sering di jumpai dalam kehamilan dan persalinan. Pengaruh kehamilan terhadap timbulnya serangan asma tidaklah selalu sama pada setiap penderita.

Faktor pencetus timbulnya asma,antara lain zat-zat alergi infeksi saluran nafas pengaruh udara dan factor psikis penderita selama kehamilan perlu mendapat pengawasan yang baik,biasanya penderita mengeluh nafas pendek,berbunyi,sesak dan batuk-batuk.dignosis dapat di tegakkan seperti asma diluar kehamilan.

REFRENSI

MANUABA,IDA BAGUS ADE,Ilmu kebidanan, penyakit jantung dan berencana untuk pendidikan bidan : Jakarta:EGC,1998

WINKJOSASTRO,HANIFA,Ilmu kandungan edisi 3 cetakan 9,Jakarta :YBP-SP,2007.